Sering sekali mendengar pepatah Jawa dimana Guru itu di gugu lan ditiru. 3 minggu sudah saya melewati masa-masa OSPEK sebagai calon Guru atau istilah kerennya KKN-PPL. Pada umumnya KKN dan PPL diberbagai dilaksanakan terpisah, tetapi kampus saya (Ikip Jogja) memprogamkan KKN dan PPL menjadi satu. Mahasiswa jurusan pendidikan tidak hanya praktik mengajar, tetapi juga melaksanakan pengabdian dan pemberdayaan di Sekolah.
Lokasi KKN-PPL saya berada di salah satu SMP Negeri di kabupaten Klaten. Dimana sudah menjadi rahasia umum, SMP tersebut termasuk sekolah favorit dan menjadi incaran para orang tua untuk menyekolahkan anaknya di SMP tersebut. Jauh sebelum KKN PPL ini berlangsung, selalu terlintas rasa keraguan dan keengganan menjalani program kampus itu. dimana keraguan itu terlintas dipikiran nakal ini, "apa saya pantas menjadi guru melihat kemampuan saya seperti ini?" Ah, ternyata pikiran itu jadi kekhilafan saya. selama saya kuliah di IKIP Jogja, belum ada satupun dosen yang mampu menginspirasi bahkan mengilhami saya untuk menjadi Guru. Saya menerawang tiga tahun kebelakang saat ke-alay-an masih ada pada diri saya, saat rambut poni ala kangen band masih menghiasi kepala saya :). saat itu pula saya merasa kuliah tiga tahun ini hanya proses jalan singkat formalitas menjadi guru. Belum ada Passion yang membuat saya bersemangat menjadi guru.
Astagfirullah, sedemikian bodohnya saya. -_-
Sekarang, cerita sudah berbeda. episode cerita ini berubah sedemikian hebatnya. Motivator yang selalu saya nanti dalam proses pencarian kegairahan menjadi seorang calon guru hadir dalam masa ini. Motivator itu seorang anak laki-laki bernama 'Robby', kalau tidak salah nama lengkapnya 'Robby Darwis' . seorang anak kecil berumur 12 tahun itu bertemu dengan saya tepat hari pertama saya memulai KKN-PPL. Anak Laki-laki setinggi 140 cm, berat 35 kg kurang lebih, kulit hitam menjadi pakaiannya yang kusam. Seragam merah putih yang sudah letek dengan kerah yang sudah sobek menandakan dia sudah bukan siswa Sekolah Dasar. Ya! dia sudah menjadi alumni di SD nya. dan pagi itu dia menjadi calon siswa pertama yang datang paling awal untuk mendaftar menjadi siswa di Sekolah saya. Terlintas, anak itu memang pendiam. tetapi di balik sifat pendiam itu tersimpan rasa semangat untuk melanjutkan sekolah. Dari penampilan orang pasti sudah bisa membaca, anak itu tidak nampak seperti anak orang berada. berbeda sekali dengan anak-anak lainnya, yang mengenakan seragam mahal dan diantar oleh Orang Tua berpenampilan Borju dengan berkendaraan mobil mewah dan sepeda motor bagus . kontras sekali, kulihat Robby hanya seorang diri dan hanya diantar oleh Bapaknya sampai depan Sekolah. saya yakin, bukan sekedar ijazah saja yang dia bawa pada hari itu. Tetapi lebih dari itu, semangat dan tekad untuk menggapai impiannya tebungkus dalam hati Robby.
Itulah Robby, seorang anak laki-laki yang bertekad ingin merubah nasib keluarga menjadi lebih baik. kala itu juga hati ini terguncang hebat dan menangis terharu. inilah jawaban selama ini, jawaban mengapa saya harus menjadi Guru .............
0 Komentar:
Posting Komentar